Rabu, 25 November 2009

Mengapa Harus Berteriak???

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya, “Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara keras atau berteriak?” Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab: “Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”

Tapi, sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada disampingnya atau di depannya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara pelan?” Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar bagi pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata: “Ketika dua orang berada pada situasi kemarahan, jarak kedua hati mereka menjadi amat jauh walaupun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya semakin keras mereka berteriak, semakin mereka tak saling mendengar. Dan semakin keras suara mereka, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada diantara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”

Sang guru masih melanjutkan: ”Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh jinta? Mereka tak hanya tak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya begitu jelas. Mengapa demikian?” Sang guru bertanya sambil memperhatikan muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun yang berani memberikan jawaban. Jawabannya: ”Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.